AjiYakin

Harapan dan Kekecewaan - Mengatur Expektasi

 | #Life learn#Book

Sekitar 2 bulan yang lalu, saya menyelesaikan membaca buku dengan judul Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, ini adalah versi terjemahan dari versi bahasa inggrisnya yaitu The Subtle Art of Not Giving a F*ck. Buku ini berhasil membuka mata saya tentang cara pandang saya terhadap harapan saya sendiri. Sebagai background, saya ini orang yang senang sekali berhayal, berharap, bermimpi, apapun lah istilahnya, yang kemudian mendorong saya untuk berekspektasi bahwasannya sesuatu atau seseorang tersebut adalah harus sama dengan apa yang saya ekspektasikan, yang mana seringkali tidak sesuai.

Buku ini mencoba memberikan gambaran tentang bagaimana susahnya berharap terhadap sesuatu atau seseorang lalu kemudian kita berharap sesuatu atau seseorang tersebut akan persis sesuai dengan apa yang kita harapkan, yang akhirnya kita akan memberikan perhatian lebih terhadap hal ini, dan perhatian inilah yang akan membuat kita lupa untuk hanya mengerjakan apa-apa yang sebenarnya penting buat kita saja. Perhatian berlebihan ini yang bisa membuat orang menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain, menyalahkan lingkungan dan mungkin dalam tingkat yang lebih parah kita bisa jadi malah ikut campur sama urusan orang diluar keharusan kita. Ikut campur disini tidak hanya langsung berinteraksi yah, tapi “sekedar ikut memikirkan” atau bahkan silent judgment juga menurut saya sudah bagian dari ikut campur.

Kata-kata yang paling saya ingat dalam buku tersebut adalah

Kita tidak bertanggung jawab untuk apa yang orang lain lakukan terhadap kita, tapi kita bertanggung jawab penuh terhadap reaksi yang kita lakukan terhadap sikap seseorang tersebut.

Pada tahap ini saya sudah tidak mau lagi berharap sesuatu atau seseorang itu menjadi apa yang saya fikirkan, tapi kalo ada kesempatan yang bisa saya bantu untuk menjadikan sesuatu atau seseorang itu lebih baik ya saya coba bantu. Dengan begini, saya tidak lagi repot dengan kekecewaan, saya jadi lebih sadar tentang apa yang sebenarnya harus saya lakukan. Dan pastinya jadi lebih less stress.

Kalo lagi ngomongin mencoba mengubah apa yang diluar kendali kita itu saya jadi teringat pepatah, saya sendiri lupa siapa yang mengatakannya, pepatahnya seperti ini

Ketika remaja, saya berusaha mengubah dunia. Ketika dewasa saya berusaha mengubah lingkungan saya, dan sekarang saya hanya berusaha mengubah diri saya sendiri.

Jadi buat saya, sudah cukup berharap pada sesuatu atau seseorang, cukuplah berharap pada yang pasti tidak mengecewakan, yaitu Alloh SWT. Dan mulailah mengubah diri sendiri karena itu yang paling mudah dilakukan dan kita punya kontrol penuh terhadap diri kita sendiri.


Tulisan ini agak sedikit melenceng dari kebiasa saya, yaitu hanya menulis soal teknikal di blog ini. Tapi ya apa boleh buat, saya ingin mendokumentasikan apapun yang saya pelajari dalam hal apapun. Semoga ini bisa menjadi pelajaran juga bagi yang membaca.